BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan Sekolah minggu adalah
rumah kedua bagi seorang anak setelah ia bertumbuh dalam sebuah keluarga.
Sekolah minggu juga merupakan sekolah Transformasi yang meneruskan nilai-nilai
esensi dari rumah ke gereja. Sehingga anak tersebut akan mewarisi banyak sekali
nilai-nilai keimanan dalam hidupnya. Peran guru sekolah minggu yang bersifat
informal dan menjadi pusat spritualitas dan aktivitas membangun karakater anak dalam sebuah skop
kehidupan yang lebih luas, atau sebuah lingkaran komunitas baru secara
eklesiologis bersama anak anak- anak
lainnya dalam sebuah perjalanan bersama sebagai anak-anak Allah. (Nuhamara 2019,p.103)
Beberapa situasi yang sering
ditemukakan dalam pelayanan sekolah ini adalah pertama, Sumber Daya Manusia yang kurang memenuhi kriteria sebagai
guru sekolah minggu. Seharusnya seorang guru sekolah minggu disiapkan secara
holistik melalui beberapa pelatihan dan pembobotan wawasan iman Kristen yang
bersifat biblika, teologis, historis, sosiobudaya dan aplikatif (kontekstual),
sehingga pengajaran dan nilai -nilai yang ditanamkan dapat mengubah karater dan
kepribadian anak didiknya. Ada tidanya minat terhadap suatu pengajaran dapat
dilihat dari cara anak mengikuti proses penyampian materi, lengkap tidaknya
catatan, memperhatikan pengajaranyang di paparkan atau tidak. Minat dalam
pengajaran pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri sesuatu yang ada diluar diri
semakin besar untuk menigkatkan minatnya. Guru sekolah minggu dibutuhkan dalam
mengembangkan karater anak dalam mendalami akan kebenaran Firman Tuhan. Dalam perkembangan
anak ini tetap memerlukan penambahan melalui belajar. Belajar sejarah
sistematik disekolah dan pengembangan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak
perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi- prestasi yang
baik, baik dirumah maupun di sekolah. Anak tetap memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan orang tua untuk
memunculkan kebiasaan yang baik dan keterampilan- keterampilan yang baru. Pada
usia anak sangat membutuhkan perhatian dan pujian ketika prestasi anak
meningkat. Hanya saja sering dilupakan pola asu anaknya anak itu akan terus
berumbuh tidak baik, baik secara fisik maupun secara rohani. Buktinya sekarang
anak - anak sudah sangat terpengaruh oleh alat elektronik dan lupa kewajiabn
mereka untuk membaca Alkitab. Untuk itu
pengajaran yang dilakukan harus lebih jeli sebab dalam mengajarkan, hal ini
perlu adanya pendampingan khusus sehingga anak- anak lebih fokus dalam belajar
dan perlu adanya pengajaran yang kreatif mungkin dan perlu juga kerja sama
antara pengajar dan jemaat.
Dalam hal ini jemaat tidak memiliki
tingkat kemajuan dibidang ilmu pendidikan
dan harus memiliki kemapuan mampu yang disesuaikan oleh sekolah minggu
dengan meninggalkan hal lama agar dapat diterima (Ismael, 1998 p. 10) hal ini
menjadi tanggung jawab gereja untuk mengembankan potensi dalam kekuatan spiritual keagamaan
bukanlah pendidikan sekuler bukan pendidikan individualistik dan bukan pula
pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari keseimbangan antara
ketiga dimensi tersebut. Ini berarti bahwa pendidikan yang difokuskan pada pengembangan kekuatan spiritual yang
berkaitan dengan pedidikan didalam gereja
perkembangan Pelayanann Anak dan Remaja di gereja, maka Pelayanan Anak
dan Remaja memegang fungsi dan tanggung jawab yang sangat penting. Karena
pelayanan anak dan remaja merupakan jawaban atas panggilan Tuhan untuk memenuhi
amanat agung. Selain itu, dengan pelayanan anak dan remaja maka tugas gereja sedang mempersiapkan generasi- generasi
penerus dalam mengembankan misi amanat agung. Pelayanan anak dan remaja juga
tidak terlepas dari orangtua dimana orang tua memiliki tugas yang sangat
penting dalam membimbing dan mengajarkan
anak - anak bertumbuh dan mengenal Tuhan secara pribadi karena orangtua adalah
awal pendidikan anak atau dimana anak belajar untuk lingkungan dan sekitarnya.
Oleh karena itu orangrua memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
hal pengajaran akan Yesus kristus.
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pengajar bahwa peran guru
sekolah minggu dalam meningkatan minat belajar anak di jemaat Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar
Timur, Kabupaten Alor kurang efektif,
peneliti menemukan bahwa pengajar sekolah minggu tidak mengunakan buku panduan
mengajar yang disediakan oleh GMIT dan
pengajar juga tidak membuat bahan ajar sekolah minggu atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sekolah minggu dikarenakan ketika pengajar menyampaikan kendala
yang mereka temukan dalam proses pembelajaran di sekolah minggu kepada pendeta
malah acauh tak acuh dengan kendala yang dialami para pengajar di jemaat
tersebut. Demikian pula wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap 20 anak sekolah minggu ditemukan bahwa anak sekolah
minggu merasa tidak semangat, bosan, jenuh untuk mengikuti kebaktian sekolah
minggu karena dalam kenyataannya bahwa yang terjadi pelayanan yang dilakukan
pengajar sekolah minggu kadang hanya mengajar satu tema dan terkesan monoton,
hal ini bisa dilihat ketika kebaktian sekolah minggu sedang berlangsung anak
sekolah minggu ada yang berkeliaran di luar, bermain lempar-lemparan dengan
temannya dan adapula yang berlari-larian.
Berdasarkan latar belakang diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PERAN GURU SEKOLAH
MINGGU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK DI JEMAAT GMIT YEDIDITIA ABANGIWANG KLASIS PANTAR TIMUR, KABUPATEN ALOR
1.2. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka
penilitian ini difokuskan pada:
a. Peran
guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar anak di Jemaat GMIT
Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor
b. Kurangnya
minat belajar anak sekolah minggu di Jemaat Ydidtia Abangiwang Klasis Pantar
Timur, Kabupaten Alor
1.3. Rumusan masalah
Dengan
memperhatikan diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
peran guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar anak di Jemaat GMIT
Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor?
2. Bagaimana
minat belajar anak sekolah minggu di Jemaat Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar
Timur, Kabupaten Alor ?
1.4.Tujuan penilitian
Sesuai dengan
permasalahan yang dirumuskan maka perlu diterapkan tujuan penelitian.
1. Untuk
mengetahui peranan guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar anak
sekolah minggu di Jemaat Gmit Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur,
Kabupaten Alor
2. Untuk
meningkatkan minat belajar anak sekolah minggu di Jemaat Yedidtia Abangiwang
Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor.
1.5. Manfaat penilitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
a. Manafaat
teoritis
1. Unruk
menambah pengalaman penulis dibidang kerohanian dan sebagai informasi bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penilitian sejenis, dan menjadi bahan
masukan bagi IAKN khususnya bagi Pelayanan anak remaja.
2. Untuk
menambah wawasan keilmuan kepada tenaga pendidikan dalam meningkatkan minat
belajar anak sekolah minggu (Pak Anak)
3. Agar
tenaga pendidik lebih berkualitas dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
tepat kepada siswa dan mengetahui cara mengatasi permasalahan yang dihadapi
dalam mengajar.
b. Manfaat
praktis
Secara
praktis penilitian ini memberikan manfaat bagi orangtua dan juga penulis agar
mampu menjadi bahan refleksi untuk mengetahui dan bias memberikan bimbingan
untuk anak-anak di Jemaat GMIT Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur,
Kabupaten Alor.
1. Bagi
Kampus IAKN, penelitian ini dapat menjadi acuan akademik bagi mahasiswa
semester akhir dalam menjalankan proses akademik dikampus dan dalam pengerjaan
tugas akhir.
2. Bagi
Gereja, hasil penelitian dapat digunakan oleh gereja dalam merumuskan dan
menetapkan minat belajar anak . Selain itu gereja jug adapt mengadakan berbagai
sumber atau media pembelajaran yang dapat menolong anak untuk belajar,
3. Bagi
Guru Pelayanan Anak dan Remaja, hasil penelitian ini dapat digunakan bagi guru
sekolah minggu untuk mengembangkan kreatifitas dalam menyiapkan media
pembelajaran yang sesuai.
4. Bagi
orangtua, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pemahaman orangtua
terkait dengan pelaksanaan Pelayanan Anak dan Remaja yang dilakukan dirumah dan
memantau perkembangan secara spiritual sehingga upaya orangtua dalam membentuk
spiritual dan tanggungjawab sebagai orangtua dapat dilaksanakan dan tercapai
dengan maksimal. Selain itu, orangtua diharapkan agar dapat mengetahui
peranannya sebagai pendidikan pertama anak-anak dalam pelaksanaan Pelayanan
Anak dan Remaja.
5. Bagi
anak, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pemahaman
yang baru serta berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara spiritual
dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Selain itu, anak dapat menghargai dan
memahami peran orangtua dan tanggungjawab orangtua terhadap anak dalam
pengenalan dan pertumbuhan untuk mengenal Tuhan Yes
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1.Kajian Pustaka
No |
Nama Tahun |
Judul |
Hasil |
Perbedaan |
1 |
Magdalena Palunte (palunte,
2011 , p. 10) |
peranan guru sekolah minggu terhadap perilaku anak di gereja sebagai pengikut Kristus |
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa orangtua membawa anak ke Gereja agar di
Gereja anak dibimbing dan dibentuk kepribadiannya dengan baik di Gereja
supaya menjadi pengikut Kristus. Guru-guru
sekolah minggu mempunyai hak yang besar dalam pembentukan iman, pengharapan,
dan kasih Firman, pengertian, doktrin, dan pimpinan roh kudus dalam diri
anak-anak itu. |
Penelitian
ini memiliki kajian yang dilakukan yaitu peranan guru Sekolah minggu terhadap perilaku anak di gereja sebagai pengikut Kristus sedangkan
penelitian mengkaji tentang peran guru
Sekolah Minggu Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Anak Di Jemaat Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur,
Kabupaten Alor |
2 |
Florendo
Pandensol ang Dkk.(pandensolang,
2015, p. 13) |
Peranan
guru sekolah minggu terhadap perkembangan iman anak-anak di jemaat
GPIBT’ELIM’ Tolitoli Sulawesi Tengah |
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa peran guru, baik itu pendidikan formal maupun
informal. Begitu juga dalam pelayanan sekolah minggu mempunyai tugas yang
sangat penting untuk menyampaikan pendidikan agama kepada anak-anak dengan
cara dan metode yang kreatif dan disukai anak-anak. Oleh karena itu, dengan
tugas yang sangat penting ini maka sebagai guru sekolah minggu hendaknya
harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelolah sekolah
minggu untuk menjadi baik. |
Penelitian
ini memiliki kajian yang dilakukan yaitu peranan guru sekolah minggu terhadap
perkembangan iman anak-anak di Jemaat GPIBT’ELIM’ Tolitoli Sulawesi Tengah
sedangkan penelitian yang dikaji tentang Peran Guru Sekolah Minggu Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Anak di Jemaat Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar
Timur, Kabupaten Alor. |
3 |
Arozatulo
telaumban ua(telauba ua,
2018, p.
12) |
Peranan
guru pendidikan Agama Kristen dalam membentuk karakter anak |
Dari
hasil penelitian ini Guru sekolah minggu memiliki tugas yang sangat kompleks
dan terpadu. Sebab peran guru sekolah minggu sangat berpengaruh terhadap pembentukan
karakter anak. Guru sekolah minggu membimbing para anaknya menjadi anak yang
berkarajter seperti dia menyadari bahwa dirinya adalah hamba Tuhan, tugas
mengajar merupakan panggilan Allah yang harus dikerjakan dengan
sungguh-sungguh |
Penelitian
ini memiliki kajian yang dilakukan yaitu peranan guru sekolah pendidikan
agama Kristen dalam membentuk karakter anak sedangkan penelitian mengkaji
tentang peran guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar Anak di
Jemaat Yedidtia Abangiwang Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor. |
4 |
Alfrianti
tonapa (tonapa, 2017, p. 7) |
Peran
guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat anak untuk membaca Alkitab |
Hasil
dari penelitian ini menyimpulkan bahwa anak merupakan anugerah dan titipan
Tuhan dalam keluarga harus di jaga, di didik, di arahkan dan di pelihara
dengan penuh kebijaksanaan serta dicintai dengan penuh hati, karena mereka
merupakan masa depan keluarga gereja mau pun bangsa. |
Penelitian
ini memiliki kajian yang dilakukan yaitu peran guru sekolah minggu dalam
meningkatkan minat anak untuk membaca Alkitab sedangkan penelitian mengkaji
tentang peran guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar anak di
Jemaat Yediditia Abangiwang Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor. |
5 |
Afrizal(alfrizal,
2018, p. 38) |
Peran
guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar |
Berdasarkan
hasil penelitian didapati bahwa dari peran guru sebagai motivator dalam
meningkatkan minat berajar anak. |
Penelitian
ini memiliki kajian yang dilakukan yaitu peran guru sekolah minggu dapat
meningkatkan minat belajar anak sedangkan penelitian mengkaji tentang peran
guru sekolah minggu dalam meningkatkan minat belajar anak di Jemaat Yedidtia
Abangiwang Klasis Pantar Timur, Kabupaten Alor. |
2.2.Konsep Guru Sekolah Minggu
Konsep |
Aspek |
Indikator |
Peran Guru Sekolh Minggu dalam
Meningkatkan Minat Belajar Anak |
Meningkatkan Minat Belajar Anak |
1.
Mengembangkan
potensi belajar sesuai minat belajar anak 2.
Mengembangkan
kemampuan belajar anak 3.
Mengembangkan
kemampuan guru sekolah minggu |
2.3. Kerangka Teoritis
2.3.1.Guru Sekolah
Minggu
2.3.1.1. Pengertian
guru sekolah minggu
Guru
merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog
dengan dunianya. Guru terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba
pengetahuan, pemahaman atau bahkan memberikan kontribusi bagi dunianya. Untuk
itulah guru harus bertumbuh dalam aspek kepribadiannya. Ia perlu mengembangkan
pemahaman tentang belajar dan harus yakin akan potensi belajar itu sendiri guna
pengembangan dirinya. Ia harus yakin mengenai perlunya tujuan yang jelas dalam
belajar, serta dimensi kemasa depanan dari peristiwa belajar itu. Dalam sebuah
sekolah minggu yang biasanya menjadi guru sekolah minggu adalah anggota jemaat
yang ada dalam sebuah gereja yang memiliki ketertarikan dalam pelayanan kepada
anak. Bahkan ada yang menjadi guru sekolah minggu karena keterpaksaan. Oleh
karena itu di gereja tersebut tidak ada Sejara perkembengan pikiran dan praktek
pendidikan Agama Kristen bersedia untuk menjadi guru sekolah minggu. Ada juga
yang menjadi guru sekolah minggu karena ada tuntunan seperti pendidikan.
Praktek mahasiswa teologi atau juga karena pengaruh dari teman dekat. Menjadi
guru sekolah minggu harus disadari sebagai sebuah panggilan. Seperti yang terdapat
dalam Yohanes 15:16 “bukan kamu yabg memilih aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu”. Menyadari bahwa peran sebagai guru sekolah minggu adalah sebuah
panggilan dari Tuhan maka hal yang harus dilakukan sebagai guru sekolah minggu
adalah merespon panggilan Tuhan tersebut dengan penuh tanggungjawab dan
komitmen. Bertanggungjawab dan berkomitmen berarti mampu menyediakan waktu,
tenaga, dana, pikiran, juga perasaan untuk melayani anak-anak yang telah
dipercaya bagi guru-guru sekolah minggu. Melayani sebagai guru sekolah minggu
juga adalah suatu anugerah dari Tuhan karena tidak setiap orang mendapatkan
kesempetan untuk menjadi guru sekolah minggu.
2.3.1.2. Tugas guru sekolah minggu dalam mengajar
Menurut (darmawan, 2015, p. 17) sebagai seorang guru sekolah minggu
bukan berarti bahwa menjadi seorang yang tanpa tugas. Ada tujuh tugas atau
kewajiban yang dituntut dari seorang guru sekolah minggu, antar lain:
a. Mengajar
Yang
disebut mengajar adalah suatu proses belajar mengajar, dimana didalam proses
belajar dan mengajar tersebut, guru harus mewujudkan suatu perubahan dala diri
murid, misalnya perubahan pengetahuan, sikap dan tikah laku. Melalui Alkitab
Rasul Paulus menyebutkan dirinya sebagai pengajar, ia sanggup mewujudkan
perubahan bagi orang lain (1 Tim 2:7).
b. Mengembalakan
Guru-guru
sekolah minggu sebagai murid Kristus harus meneladani Yesus sang guru dan
gembalayang baik dalam mengembalakan domba-dombakecil dengan sepenuh hati.
Seorang gembala yang baik hati mempunyai hati yang rela berkorban dan tidak meninggalkan
domba-dombanya, sehingga member makanan yang tepat. Gembala yang baik juga
bersedia membawa domba yang berada diluar kandang dan tersesat untuk masuk
kedalam kandangnya dan memenuhi kebutuhan domba-domba gembalaannya.
c. Hati
yang Kebapaan
Seorang
guru bukan menggurui, tetepi juga harus memiliki hati seorang bapa. Banyak
sekali guru data mendidik dan menegur orang, namun sedikit diantara mereka yang
dapat memeluk, membesarkan dan memperhatikan murid didiknya dalam injil,
seperti layaknya yang dilakukan seorang bapa terhadap anak kandungnya. Paulus
dalam suratnya menyamoaikan kepada Jemaat di Korintus bahwa ia adalah menjadi
bapa bagi Jemaat Korintus oleh injil yan diberitakan kepada mereka (1 Kor.
4:15).
d. Memberikan
Teladan
Rasul
Paulus selaku guru, seringkali dengan berani menuntut orang Kristen untuk
meneladaninya, sebagaimana ia tela meneladani Kristus (1 Kor. 11:1; Flp. 3:17;
1 Tes. 1:5-6; 2 Tes. 3:7; 1 Tim. 4:11-13). Seorang guru akan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap muridnya karena muridn mudah sekali menuruti tutur
kata dan tinkah laku sang guru. Oleh karena itu, seorang guru perlu
memeperhatikan diri sendiri apakah ia sudah mempunyai teladan yang baik bagi
muridnya.
e. Menginjil
Sebagai
seorang guru, Rasul Paulus mengajar orang-orang untuk percaya kepada Yesus
Kristus, demikian juga saran utama dari seorang guru sekolah minggu adalah
mengajar muridnya untuk menerima injil (1 Tim. 2:7). Sebagaimana tujuan dari
pendidikan Kristen adalah memimpin jemaat
pada Yesus Kristus dan mendewasakan jemaat dalam Yesus Kristus.
Memenangkan seorang anak berarti menyelamatkan yang masih utuh (Dresselhaus
& Richard, penginjilan di sekolah minggu, 2006, p. 12).
f. Mendoakan
Mendoakan
mereka dengan menyebut nama dan sesuai kebutuhan mereka. Paulus sebagai seorang
guru bagi jemaat di Tesalonika bersama-sama dengan Silwanus dan Timotius
senantiasa mendoakan jemaat di Tesalonika (2 Tes. 1:11-12). Setiap anak
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, maka sebagai seorang guru sekolah minggu
harus mendoakan mereka satu persatu sesuai dengan kebutuhan mereka. Guru
sekolah minggu juga dapat berperan mendoakan persoalan setiap anak, sehingga
oersoalan tersebut tidak mengganggu pertumbuhan iman anak.
g. Meraih
kesempatan
Kewajiban
yang harus dipenuhi seorang guru sekolah minggu adalah meraih kesempatan.
Setiap manusia hidup dalam kekekalan dan kesempatan yang hanya sekejap dalam
kekekalan. Kesempatan yang hanya sekejap dalam kekekalan itu telah dipaparkan
Allah dihadapan guru. Paulus menasihatkan pada Timotius dalam melakukan
pelayanan untuk menggunakan setiap kesempatan memberitakan firman, bersiap
sedia baik atau tidak baik waktunya, menyatakan apa yang salah, mendengar dan
menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran (2 Tim. 4:2). Bila guru
sekolah minggu mampu memanfaatkan nya, mungkin hanya melalui doa syafaat, akan
memberikan pengaruh yang berhaga bagi muridnya. Meskipun sebagian besar Guru
Sekolah Minggu tahu bahwa mengajar adalah bagian tugas yang paling utama dari
seorang guru, namun banyak guru yang tidak memberikan perhatian dan waktu yang
cukup, serta pemikiran dalam mengajar. Hal ini disebabkan karena sebagian guru
masih belum tahu jelas apa artinya mengajar, juga karena sebagian guru
mempunyai anggapan yang keliru tentang mengajar.
2.3.1.3. Peranan Guru Sekolah Minggu
Menurut(Tafonao,
2019, p. 127) bahwa guru dalam melakoni panggilannya harus melaksanakan dengan
penuh tanggungjawab terutama bertanggung jawab terhadap Tuhan yang memprcayakan
pekerjaan itu. Kitab suci menekankan bahwa “didiklah orang mudah menurut jalan
yang patutu baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu (Amsal 22:6) harus mengerti tujuan Pembina anak tersebut yaitu
untuk membina anak-anak. Tanpa mengerti tujuan tersebut maka pembinaan tersebut
tidak akan pernah berhasil. Selain tujuan, hal yang juga harus mendapat
perhatian adalah anak-anak sebagai subyek yang akan memperoleh pembinaan
tersebut. Tanpa mengerti kebutuhan, situasi dan kondisi anak-anak maka
pembinaan itu hanyalah pembinaan yang sia-sia. Pembinaan kepada anak bukanlah
sekedar ada guru, ada pembelajaran, ada kelas, ada prasarana, ada alat musik,
ada pujian, ada kegiatan untuk anak, ada cerita, ada puji-pujian dsb. Pembinaan
anak adalah pembinaan yang berpusat kepada anak, sekolah minggu yang berpusat
kepada anak berarti pembinaan anak dimulai dari pemahaman yang mendalam tentang
siapa anak yang diajar dan apa kebutuhannya, kemudian didesain model pembinaan
yang secara khusus tepat untuk sekelompok anak disebuah kelas tertentu. Setiap
anak memiliki pergumulannya masing-masing, pergumulan mereka tidaj dPt
disamakan begitu saja.
Guru-guru
sekolah minggu mempunyai hak yang besar dalam pembentukan iman, pengharapan,
dan kasih Firman, pengertian, doktrin,, dan pimpinan roh kudus dalam diri
anak-anak itu. Oleh sebab itu guru sekolah minggu tidak boleh menhina
kedudukannya sebagai guru sekolah minggu. Menurut Jones Calvin, gereja
diibaratkan seperti ‘seorang ibu’ yang
mengasuh anak-anaknya. Sebagai pendeta Calvin menjunjung tinggi khotbah. Dengan
demikian, mereka akan menghasilkan pertumbuhan rohani yang terus menerus dan
ksinambungan. Bahkan, mereka mampu menerapkan Firman Allah tersebut melalui
pengabdian diri kepada Yesus Kristus, yang trwujud dalam tindakan-tindakan
kasih terhadap sesame. Sama halnya dengan guru sekolah minggu di gereja yang
berperan mengajar anak-anak sekolah minggu dengan sepenuh hati memperlengkapi
anak-anak sekolah minggu menjadi pribadi yang lebih baikatau mempunyai karakter
yang baik. Oleh karena itu, guru sekolah minggu bukan hanya mengajarkan agama
Kristen, melainkan memperkenalkan dan membawa anak-anak kepada Yesus Kristus
yang sanggup mengubah diri mereka menjadi pribadi yang baru, suatu ciptaan yang
baru, melalui peristiwa, dilahirkan kembali/kelahiran baru. Penting bagi guru
sekolah minggu untuk terus menyampaikan berita keselamatan serta membimbing
anak-anak yang telah siap untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
mereka pribadi. Peran guru sekolah minggu sebagai berikut:
a. Mengajar
dengan efektif
Mengajar
efektif membutuhkan persiapan yang seksama. Banyak guru sekolah minggu tidak
mempersiapkan diri ketika mereka akan mengajar didepan kelas. Kadang-kadang,
mereka menyiapkan materi yang akan diajarkan pada saat terakhir dan
tergesah-gesah. Itu namanya kurang persiapan. Mereka tidak siap melaksanakan
tugasnya untuk mengajar. Akibatnya, guru sekolah minggu mengajar dengan
memegang dan membaca materi tersebut. Seorang guru sekolah minggu yang tidak
siap untuk mengajar, sebaiknya tidak mengajar karena dia akan mengajar sesuka
hatinya. Dia tidak memiliki lagi tujuan yang akan dicapai dari suatu pelajaran
yang sudaj di gariskan.
b. Tekun
Aktivitas
di sekolah minggu dapat menanamkan sikap tekun dalam diri anak-anak. Dengan
ketekunan ini, anak-anak diajak untuk tidak mudah menyerah, terus mencoba dan
berusaha hingga dapat menyelesaikan tiap kegiatan yang mereka lakukan.
c. Bertanggung
jawab
Tanggung
jawab mempunyai merupakan sikap yang perlu dikembangkan dalam diri anak-anak
sejak dini. Sikap ini akan menolong mereka untuk memahami dan melakukannya.
Mereka diajarkan untuk tidak menyalahkan orang lain, mencari-cari saat
melakukan sesuatu, seperti merapikan peralatan aktivitas pada tempatnya.
d. Kerja
sama
Membuat
aktivitas yang dilakukan secara berkelompok dapat mengajarkan kepada anak-anak
untuk bekerja sama dengan orang lain. Mereka dibimbing untuk melakukan kegiatan
secara bersama-sama sebagai tim. Diskusi kelompok dan permainan kelompok.
e. Kreatif
Di
sekolah minggu, guru sekolah minggu melatih anak-anak untuk kreatif melalui
berbagai aktifitas. Mereka diajar untuk berfikir dan aktif. Selain itu,
anak-anak juga diajarkan untuk menemukan dan mengemukan ide-ide baru, memberikan
respons dan dan solusi atas situasi tertentu.
f. Pendidik
Guru
sebagai pendidik, adalah guru harus memiliki standar kualitas pribadi yang
mencangkup tanggung jawab, wibawah, mandiri dan disiplin. Guru sebagai pendidik
bertugas memperlengkapi anak didik dengan berbagai kebutuhan agar bertumbuh di
dalam Yesus Kristus, (Sidjabat, 2011,p. 127)
g. Gembala
Guru
sekolah minggu adalah gembala dan teladanya adalah Yesus sendiri. Sebagai
sorang gemabala maka tentu ia akan di kenal dengan domba - dombanya. Untuk itu
seorang guru perlu memanfaatkan waktu sebelum atau sesudah sekolah minggu untuk berbincang dengan anak sekolah
minggunya. Mampu menjaga anak - anak
sekolah minggunya dari ancaman
pengaruh buruk dari lingkungan serta menolong mereka ketika mereka berada di
dalam masalah, mencari mereka ketika mereka tidak hadir dalam sekolah minggu.
Menurut
(Cowles,2000,p.9-10) menandaskan bahwa “
seorang gembala sungguh - sungguh bukan dia yang memilih jabatannya,
melainkan dia dipilih untuk jabatannya. Disini letak perbedaan yang sangat
besar antara seorang gembala sidang yang benar dengan orang - orang yang mempunyai
profesi lain. Jadi, Apabila seorang gembala dalam peranannya sebagai pengajar
mampu mempengaruhi dan mengarahkan seluruh anggotanya dengan cara mengajar,
memperlengkapi dan membimbing secara otomatis anak akan termotivasi untuk terlibat dalam pelayanan
sepenuhnya.
h. Sahabat
Guru
sekolah minggu harus menjadi teman dan sahabat bagi anak, sebagai orangtua
mereka segani dan guru sekolah minggu harus berkomunikasi yang baik dengan anak
(Sidjabat 2010: 105)
2.3.1.4. Landasan Alkitab Terhadap Peranan Guru Sekolah
Minggu
Berbicara
mengenai landasan Alkitab terhadap pembinaan anak diusia dini adalah Alkitab
yang sudah banyak menjelaskan semenjak nenek moyang Israel Adam dan Hawa masi
di zaman itu. Yaitu di zaman Abraham memuridkan isak anaknya mengajarkan
ketakutan kepada Allah dan pendidikan akan pentingnya kehidupan ini untuk
Tuhan, kebenaran yang ditanamkan Abraham kepada Isak merupakan pemuridak
seorang ayah kepada anak tercintanya yaitu siapa menghadapi apapun yang terjadi demi mewujudkan perdamaian dan kebenaran (Matius 5:9, 10).
Berbicara tentang pembinaan dan memuridkan berkaitan dengan Yesus yang memuridkan semua dan orang–orang dibawah
untuk tinggal didalamnya karena Yesus sendiri yang menjadi landasan.
Berikut ini beberapa hal sederhana, namun
penting dan harus diperhatikan oleh guru
sekolah minggu, ketika melayani anak-anak yaitu:
1. Tidak
kaku
2. Menyelesaikan
masalah
3. Mampu
menjadi teladan
4. Mengasihi
anak Rohani
5. Mampu
memegang kelas untuk menjadi guru disekolah saja, seorang perlu belajar di
pendidikan selama kulia, jadi apa salahnya jika kita sebagai guru sekolah
minggu juga menambah ilmu juga menambah ilmu dan keterampilan kita dalam
mengajar. Tidak perlu kulia tertentunya, cukup dengan membaca buku yang
berkaitan dengan keterampilan mengajar dikels.
2.3.2.
Minat
Belajar
2.3.2.1.Pengertian Minat Belajar
Menurut(Sardiman, 2011 , p. 74) minat
belajar adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan belajar, siswa di sekolah
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan diusahakan agar semua siswa
mendapatkan nilai yang bagus tentunya dapat dicapai dengan memiliki minat
belajar yang tinggi. Sebenarnya dalam penegasan istilah telah dijelaskan
pengertian minat belajar namun, perlu penulis tegakan lagi. Berikut ini
dikemukakan beberapa definisi mengenai minat, diantaranya:
a) Menurut
Mahfudh Salahudin, minat adalah “perhatian yang mengandung unsure-unsur
perasaan
b) Menurut
Crow, minat adalah “sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu
memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu atau kepada aktifitas tertentu
c) Menurut
Bimo Walgito menyatakan bahwa minat yaitu “ suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan diseratai dengan keinginan untuk mengetahui
dan mempelajari maupun membutuhkan lebih lanjut. Dari beberapa pengertian
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan perasaan senang
dan tertarik pada suatu obyek, dan kesenangan itu lalu cenderung untuk
memperhatikan dan akhir aktif berkecimbung dalam obyek tersebut. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikannya secara konsisten dengan
rasa senang. Setelah menjelaskan pengertian minat, berikut ini dikemukakan
pengertian belajar, dengan maksud untuk mempermudahkan dalam memahami
pengertian minat belajar. Di bawa ini di temukan beberapa definisi mengenai
pengertian belajar, diantaranya:
1. Menurut
Morgan, sebagaimana dikutip oleh Wgalim Purwanto, dalam buku introduction to psychology,
mengemukakan:”Belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.
2. Menurut
Witherington, sebagaimana dikutip oleh Chariyah Hasan dalam Educational
Psychology mengemukakan:”Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
3. Menurut
Cronbach, sebagaimana dikutip oleh Sumardi Surya Brata, yaitu:
Artinya: yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indranya.
2.3.2.2.
Hubungan Minat Belajar dengan Proses Belajar Mengajar
Minat
dapat diartikan “Suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat
cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat
seseorang sudah tentu akan membangkitkan minat, sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Sebagaimana pernyataan Syaiful
Bahri bahwa “Minat besar pengaruh terhadap aktifitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh,
karena adadaya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancer bila disertai
minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran
yang diberikan mudah dipahami.
Ada
beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat siswa, sebagai
berikut:
a) Membangkitkan
adanya suatu kebutuhan
b) Menghubungkan
dengan persoalan masa yang lampau
c) Memberikan
kesempatan untuk mendapat hasil yang baik
d) Menggunakan
berbagai macam bentuk mengajar.
Minat siswa untuk belajar merupakan kekuatan yang bersumber dari diri
siswa. Minat ini memang berhubungan dengan kebutuhan siswa untuk mengetahui
sesuatu dari obyek yang dipelajarinya. Disinilah guru memegang peranan penting
sebagai penentu dan pencipta kondisi pembelajaran yaitu dengan menggunakan
metode mengajar yang sesuai dan interaktif. Memeng tidak semua anak didik
memulai belajar dengan factor perhatian yang disiapkan, banyak peserta didik
mengembangkan minat belajarnya pada suatu mata pelajaran sebagai hasil pengaruh
dari para guru, teman-teman kelas, anggota keluarga. Namun bagi peseerta didik
yang memiliki kemampuan yang rata-rata tinggi, biasanya mereka mengembangkan
minat kuatnya pada suatu mata pelajaran dan berusaha meningkatkan dirinya terhadap
pelajaran agar mencapai hasil yang maksimal.
2.3.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar siswa terdiri dari dua bagian, yaitu:
1.
Faktor Internal
Salah
satu faktor internal yang mempengaruhi minat belajar anak, faktor internal
tersebut antara lain: perhatikan anak sekolah minggu muncul didorong rasa ingin
tahu. Oleh karena itu rasa ini perlu mendapat rangsangan sehingga anak selalu
memberikan perhatian terhadap materi yang di berikan (Sugihartono, 2007, p.
79).
a.
Fungsi
kebutuhan-kebutuhan
Minat dari seorang anak adalah petunjuk
langsung dari kebutuhan anak tersebut. Seorang anak yang membutuhkan
penghargaan status, misalnya ia akan mengembangkan minatnya yaitu pada semua
aktifitas dimana pun ia sebagai upaya untuk memuaskan kebutuhan.
b.
Keinginan cita-cita
Pada umunya keinginan dan cita-cita anak
itu didasarkan pada tiga kebutuhan, sebagai berikut:
1.
Kebutuhan akan perasaan
aman
2.
Kebutuhan akan
memperoleh”Status”
3.
Kebutuhan akan
memperoleh penghargaan
c.
Bakat
Seorang
anak yang memiliki bakat pada suatu keterampilan akan cenderung menekuninya
dengan perhatian yang besar, sehingga akan terus berminta untuk aktif
berkecimpung dalamnya.
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal mempengaruhi minat belajar yaitu keluarga: guru dalam proses
pendidik, mempunyai tugas didik dan mengajar anak agar dapat menjadi manusia
yang dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya yang selaras dengan kodratnya
sebagai manusia (Dwi Siswoyo, 2007: 132).
a.
Faktor Kebudayaan
Seringkali
keinginan atau hal-hal yang diinginkan oleh anak-anak adalah hasil dari tekanan
kebudayaan. Dan sifat egosentrik menunjukan bahwa minat adalah usaha-usaha anak
untuk melakukan sesuatu yang membawa sukses.
b. Faktor
Pengalaman
Pengalaman
yang telah dirasahkan oleh seorang anak akan membentuk minat anak. Seorang anak
memiliki minat membaca dan ia memiliki kepastian itu, maka ia akan terus
berminat kearah itu, sebaliknya seorang yang tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan minat itu, maka potensinya akan terbuang.
c. Faktor
Keluarga
Sebagaimana
Jalahudin mengatakan bahwa: keluara menurut para pendidik merupakan lapangan
pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orangtua. Orangtua (Bapak
& Ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena
secara kodrat, Bapak dan Ibu diberikan anigerah oleh Tuhan pencipta berupa
naluri orangtua. Kebiasaan dan kesenangan anak tentunya tidak akan lepas dari
kebiasaan orangtua atau keluarga. Bahkan heredity dari orangtua selalu
dibawanya sehingga anak selalu berusaha untuk meniru, mengidentifikasi dari
kebiasaan yang dilakukan oleh orangtua dan keluarganya. Apabila keluarganya
termasuk orang yang aktif, serta rajin membaca, tentu anak akan demikian,
begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini Gilbert Higbest (1961) berpendapat
sebagaimana dikutip Jalahudin bahwa ”Kebiasaan yang dimiliki anak sebagian
besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, sejak dari bangun tidur hingga disaat
akan kembali tidur, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan
keluarga.
d. Faktor Sekolah
Disekolah
itulah siswa diberi beberapa ilmu pengetahuan dan pencontohan yang baik,
akhirnya mengalami perubahan baik kognitif, efektif maupun psikomotorik. Dengan
demikian perjodohan sekolah tersebut baik, tentunya perubahan dan perkembangan
dari anak juga baik. Jelasnya guru dan teman-teman sekolah, tugas-tugas sekolah
dan peralatannya, peraturannya, kesemuanya menantangsiswa untuk menyesuaikan
diri, pergaulan anak dengan lingkungannya (sekolah) dapat dibentuk karakter anak.
Melihat penyertaan itu jelaslah minat belajar siswa sangat dipengaruhi masa
mereka sekolah, kalau pun sekolahnya tergolong maju, mestinya bias mendorong
siswa untuk belajar giat, begitu juga sebaliknya. Lebih jelasnya untuk
mengetahui bahwa lingkungan sekolah itu mempengaruhi minat belajar siswa, maka
kini akan diperinci unsure-unsur sekolah yang kiranya banyak pengaruhnya:
a. Pendidik
Dalam
kegiatan belajar, pendidik atau guru merupakan dinamisator dalam kegiatan
tersebut bahwa guru merupakan sumber ilmu dan ma’idhah serta sebagai teladan,
sesuai dengan istilah guru itu “Digugulan
ditiru”, apa ucapannya atau nasehatnya akan diindahkan dan dianut, serta
tingkah lakunya akan banyak mempengaruhi terhadap kepribadian siswa dan minat
belajar siswa.
b. Alat
pengajar
Alat
pengajar istilah segalah sesuatu yang dipergunakan agar pengajaran berlangsung.
Untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap pendidikan agama, maka seorang
guru harus memilih alat pengajar serta menyesuaikan alat tersebut dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Alat-alat ini ada yang dapat digunakan untuk
semua mata pelajaran tetapi kadang-kadang hanya untuk satu jam pelajaran saja,
yang disebut alat peraga.
c. Metode
pengajar
Adalah
cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu
peristiwa pengajaran berlangsung. Untuk mencapai tujuan, maka dalam kegiatan
apa saja tentu tidak terlepas dari metode, begitu pula dalam kegiatan belajar
mengajar, sangat diperlukan sekali bahkan guru harus bias memilih nama yang cocok
dengan apa yang disampaikan, kalau metode yang digunakan efektif dengannya,
tentu dalam mencapai tujuan akan bias dengan efisiensi.
Muhammad Ali mengatakan “dalam praktek
pengajaran merupakan proses yang sangat kompleks agar dapat mencapai hasil yang
sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi
belajar mengajar yang efektif. Dengan metode pengajaran yang efektif bias
membangkitkan minat belajar siswa, sehingga kalau ia benar-benar memperhatikan
minat belajar siswa, maka siswa benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan
oleh guru. Biasanya seorang guru yang satu dengan lain tidak sama dalam gaya
pengajaran, ada yang cenderung untuk menggunakan satu metode, ada yang senang
berganti-ganti, hal ini banyak pengaruhnya terhadap minat belajar siswa.
d. Bahan
pengajaran
Bahan pengajaran adalah cara mengatur
urut-urutan bahan pelajaran yang disampaikan kepada murid- murid dan cara
mengatasi kesulitan-kesulitan dan sesuatu utama pelajaran.
Pendidikan adalah suatu lembaga masyarakat
yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Hal ini
dikatakan: pendidikan harus dipandang sebagai infuisi penyiapan anak didik
untuk mengenali hidup dan kehidupan itu sendiri, jadi lakukan untuk belajar
potongsn-potongsn ilmu atau keterampilan, karena yang terpenting dalam
pendidikan bukan aspek intelektual tetepi mengembangkan wawasan minat dan
pemahaman terhadap lingkungan social budaya. Dengan demikian tradisi yang ada
pada masyarakat akan mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa anak, tradisi yang
baik tentunya akan membawa pengaruh positif dan tradisi yang jelek akan membawa
pengaruh negative. Hal ini sesuai dengan pendapat Zuhairini dan Sanepiah
Faerot: “milien atau masyarakat mempunyai rencana yang sangat penting terhadap
hasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa anak itu juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan pengaruh tersebut terutama dating dari
teman sebayanya dan masyarakat sekitarnya”. Dan pendidikan tidak bias dipandang
sebagai kewajiban untuk usia tertentu saja, tetapi suatu kewajiban sepanjang
hidup, dank arena itu perlu sekali adanya mengisi antara rumah, sekolah, dan
masyarakat, pendidikan selaku alat kemajuan sosial didalam berbagai segi
kehidupan masyarakat. Melihat dari pernyataan diatas menunjukan bahwa mayarakat
itu juga ikut mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pendidikan agama karena
dengan keadaan masyarakatnya.